Jumat, 06 Maret 2015

Menghitung Kurs Transaksi Akuntansi Internasional

Nama : Yoggi Andhi Pradana
Kelas : 4EB21
NPM : 27211528


Sumber : http://www.bankmandiri.co.id/resource/kurs.asp?row=2

SOAL AKUNTANSI INTERNASIONAL (KURS)
Soal dibawah ini untuk nomer 1 dan 2.
Di suatu bank tertulis nilai kurs valuta asing sebagai berikut :
Kurs Beli : SGD = Rp 9.350,00
Kurs Jual : SGD = 9.583,00
Jika seorang ayah mempunyai uang Rp 20.000.000 dan dia ingin menukarkan uang rupiahnya ke dolar Amerika, berapa dolar yang akan diterima ?
sementara itu anaknya ingin menukarkan dolar sebanyak SGD 1.000 ke dalam rupiah. Maka berapa rupiah uang yang diterima Ny. Anna ?

Jawab :

1.  Rp 20.000.000 : 9.583,00 x US$ 1 = SGD 2.087
Jadi Ayah tersebut akan menerima uang sebanyak SGD 2.087

2.  SGD 1.000 X Rp 9.350 = Rp 9.350.000
Jadi anak tersebut akan menerima uang sebanyak Rp 9.350.000

3. Seorang anak mendapatkan kiriman uang dari ayahnya yang berada di kanada sebesar CAD 10.000, berapa rupiah yang di dapatkan anak tersebut jika ditukarkan ke mata uang rupiah ?
Jawab : CAD 10.000 x 10.271,00 = Rp. 102.710.000

4. Bibi membeli sebuah lemari yang terbuat dari besi baja seharga AUD 2.100, Berapa rupiah yang dibayarkan anak tersebut ?
Jawab : AUD 2.100 X 10.240,00 = Rp. 21.504.000

5. Seorang asisten rumah tangga ingin mengirim uang untuk orang tua nya yang berada di Amerika sebesar USD 200, berapa rupiah yang harus disiapkan anak tersebut ?
Jawab : USD 200 X 13.057,00 = Rp. 2.611.400

6. Paman mempunyai uang sebesar Rp. 2.000.000 dan dia ingin menukarkan uangnya ke dolar hongkong, berapa dollar yang akan diterima paman tersebut ?
Jawab : Rp. 2.000.000 : 1.731,00 = 1155,41

7. Ny. Chin fung seng berkunjung ke indonesia dengan membawa uang 150.000  Yen. Ketika ditukar ke Bank maka berapa uang rupiah yang diterimanya ?
Jawab : 200 yen x Rp 106,37 = Rp 2.127.400 ,-

8. Yoggi ingin membeli motor dari New Zealand seharga NZD 600 . maka berapa USD yang harus dibayar ?
Jawab : NZD 600 x Rp. 9.579,00 = Rp. 5.747.400
Kurs jual (rupiah – USD )
Rp. 5.747.400 : 13.057,00 = USD 440,16

9. Chika mempunyai uang Rp. 15.000.000. ingin membeli sepeda seharga HKG 200. Berapa sisa uang Chika ? ( dalam rupiah )
 Uang Chika Rp. 15.000.000
HKD 200 x 1.731,00 = Rp. 346.200
Selisih = Rp. 15.000.000 – Rp. 346.200 = Rp. 14.653.800

10. Dika mendapatkan uang dari Ny. Ara sebesar USD 200, berapa rupiah yang akan didapatkan dika ?

Jawab : USD 200 X 12.893,00 = Rp. 2.578.600

Sabtu, 22 November 2014

Etika Profesi Akuntansi



Pengertian Etika

            Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi, Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Pengertian Profesi

            Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

Etika Profesi Akuntansi

            Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
  1. Pra Revolusi Industri
  2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
  3. Tahun 1900 – 1930
  4. Tahun 1930 – sekarang
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional (Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998).

            Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.
Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
  1. Tanggung Jawab profesi

                Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

  2. Kepentingan Publik
                Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

  3. Integritas
                Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
    Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

  4. Objektivitas
                Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

  5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

                Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

  6. Kerahasiaan

                Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

  1. Perilaku Profesional
                Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

  2. Standar Teknis
            Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

            RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

            Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada International Auditing Standart.

            Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
           
            Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.

            Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.

            Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik.
Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.
 
Sumber : 

Sabtu, 11 Oktober 2014

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan


 Nama : yoggi andhi pradana
kelas : 4eb21
NPM : 27211528

Pendahuluan

              Pada hakekatnya bank berfungsi sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, bank telah berkembang sedemikian pesatnya tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Fungsi bank tidak lagi sebatas pada hal simpanan dan pinjaman. Bank juga berperan penting dalam perekonomian negara dengan memberikan kontribusi bagi dunia usaha dan bisnis. Tidak diragukan lagi bahwa bank turut menopang pilar-pilar perekonomian di Indonesia. Semakin berkembangnya suatu bank, pastinya diiringi oleh tantangan yang harus dihadapinya. Salah satu tantangan yang kerap kali menjadi permasalahan bagi bank yaitu kinerja keuangan. Kinerja bank yang berbeda-beda menunjukkan kemampuan bank yang berbeda pula antara satu bank dengan bank yang lain, dalam mengelola keuangannya. Hal ini dapat mempengaruhi keinginan masyarakat dalam menggunakan jasa suatu bank. Karena pada dasarnya masyarakat akan cenderung lebih memilih bank dengan kinerja yang lebih baik dengan alasan tingkat resikonya yang lebih kecil. Oleh karena itu persaingan yang terjadi di antara bank semakin ketat dalam upaya menarik para nasabahnya.

              Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Harahap, 2002). Kemampuan bank dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return On Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return On Asset  (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset  (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).

              Awal dari sebuah kegiatan ekonomi yaitu modal. Modal yang besar dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan, begitu pula dengan bank. Seluruh bank di Indonesia diharuskan untuk menyediakan modal minimum. Tujuan ditetapkannya penyediaan modal minimum ini adalah untuk menutupi kemungkinan timbulnya resiko-resiko kerugian dari aktiva yang mengandung resiko seperti kredit yang diberikan kepada masyarakat. Kurangnya modal yang dimiliki bank dapat berdampak pada profitabilitas bank. Hal ini dicerminkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) dalam menunjukkan bagaimana kemampuan suatu bank dalam memiliki modal yang cukup sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

             Bank merupakan organisasi bisnis berbasis keuntungan. Namun, di samping memperoleh pendapatan yang besar, bank juga memiliki biaya yang selalu dikeluarkan secara rutin. Biaya ini digunakan untuk menjalankan dan memperlancar kegiatan operasional bank. Hal ini harus diperhatikan oleh bank karena biaya yang melebihi pendapatan akan menghasilkan suatu masalah. Bila dibiarkan, bank akan menjadi tidak produktif lagi dalam hal menghasilkan laba. Oleh karena itu, BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) dapat digunakan dalam menggambarkan bagaimana tingkat efisiensi suatu bank dalam mengelola biaya terhadap pendapatannya.

             Kemampuan bank dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat tentunya harus diimbangi dengan banyaknya simpanan yang diperoleh bank. Bank tidak dapat dapat berjalan dan berkembang tanpa adanya penerimaan uang dalam bentuk simpanan. Namun, bank juga tidak dapat memaksimalkan labanya hanya dengan menerima simpanan dari masyarakat. Apabila pinjaman yang diberikan kepada masyarakat terlalu besar, maka bank akan bermasalah dengan jumlah simpanan uang yang ada di bank, bila sewaktu-waktu nasabah ingin mengambil uangnya. Sebaliknya apabila simpanan yang diperoleh dari nasabah terlalu besar, sementara bank kurang bisa menyalurkannya dalam bentuk pinjaman, maka bank tidak bisa memanfaatkan uang simpanan tersebut untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara simpanan yang diterima dan pinjaman yang diberikan oleh bank. Hal ini tercermin pada LDR (Loan to Deposit Ratio) yang menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mengendalikan simpanan dan pinjamannya.
Pada hakekatnya bank berfungsi sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, bank telah berkembang sedemikian pesatnya tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Fungsi bank tidak lagi sebatas pada hal simpanan dan pinjaman. Bank juga berperan penting dalam perekonomian negara dengan memberikan kontribusi bagi dunia usaha dan bisnis. Tidak diragukan lagi bahwa bank turut menopang pilar-pilar perekonomian di Indonesia. Semakin berkembangnya suatu bank, pastinya diiringi oleh tantangan yang harus dihadapinya. Salah satu tantangan yang kerap kali menjadi permasalahan bagi bank yaitu kinerja keuangan. Kinerja bank yang berbeda-beda menunjukkan kemampuan bank yang berbeda pula antara satu bank dengan bank yang lain, dalam mengelola keuangannya. Hal ini dapat mempengaruhi keinginan masyarakat dalam menggunakan jasa suatu bank. Karena pada dasarnya masyarakat akan cenderung lebih memilih bank dengan kinerja yang lebih baik dengan alasan tingkat resikonya yang lebih kecil. Oleh karena itu persaingan yang terjadi di antara bank semakin ketat dalam upaya menarik para nasabahnya.

             Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Harahap, 2002). Kemampuan bank dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return On Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return On Asset  (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset  (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).

           Awal dari sebuah kegiatan ekonomi yaitu modal. Modal yang besar dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan, begitu pula dengan bank. Seluruh bank di Indonesia diharuskan untuk menyediakan modal minimum. Tujuan ditetapkannya penyediaan modal minimum ini adalah untuk menutupi kemungkinan timbulnya resiko-resiko kerugian dari aktiva yang mengandung resiko seperti kredit yang diberikan kepada masyarakat. Kurangnya modal yang dimiliki bank dapat berdampak pada profitabilitas bank. Hal ini dicerminkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) dalam menunjukkan bagaimana kemampuan suatu bank dalam memiliki modal yang cukup sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

             Bank merupakan organisasi bisnis berbasis keuntungan. Namun, di samping memperoleh pendapatan yang besar, bank juga memiliki biaya yang selalu dikeluarkan secara rutin. Biaya ini digunakan untuk menjalankan dan memperlancar kegiatan operasional bank. Hal ini harus diperhatikan oleh bank karena biaya yang melebihi pendapatan akan menghasilkan suatu masalah. Bila dibiarkan, bank akan menjadi tidak produktif lagi dalam hal menghasilkan laba. Oleh karena itu, BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) dapat digunakan dalam menggambarkan bagaimana tingkat efisiensi suatu bank dalam mengelola biaya terhadap pendapatannya.

            Kemampuan bank dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat tentunya harus diimbangi dengan banyaknya simpanan yang diperoleh bank. Bank tidak dapat dapat berjalan dan berkembang tanpa adanya penerimaan uang dalam bentuk simpanan. Namun, bank juga tidak dapat memaksimalkan labanya hanya dengan menerima simpanan dari masyarakat. Apabila pinjaman yang diberikan kepada masyarakat terlalu besar, maka bank akan bermasalah dengan jumlah simpanan uang yang ada di bank, bila sewaktu-waktu nasabah ingin mengambil uangnya. Sebaliknya apabila simpanan yang diperoleh dari nasabah terlalu besar, sementara bank kurang bisa menyalurkannya dalam bentuk pinjaman, maka bank tidak bisa memanfaatkan uang simpanan tersebut untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara simpanan yang diterima dan pinjaman yang diberikan oleh bank. Hal ini tercermin pada LDR (Loan to Deposit Ratio) yang menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mengendalikan simpanan dan pinjamannya.

Rumusan masalah :

1.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi profitabilitas perbankan ?
2.      Apa solusi yang dilakukan pihak Bank dalam mengatasi masalah tersebut ?

Kamis, 26 Juni 2014

Review Product

Nama : Yoggi Andhi Pradana
Kelas : 3EB21
NPM : 27211528



BLACKBERRY Q10

            The BlackBerry Q10 should supposedly appeal to old-school BB lovers who are ready to dump their Bolds and Curves for something better. Instead of a large, all-touch experience, the Q10′s screen is small and half of the phone is dominated by a keyboard. It runs the Canadian tech company’s latest and greatest OS: BlackBerry 10.1. The question is whether the interface that runs so well on a larger, touch-only device will also work on a half display, half keyboard phone? The answer depends on whether you’re willing to dive deep into the Q10′s many layers of functionality and keyboard secrets.

Comfortable to hold, but the screen is small

Set on a shelf next to the latest crop of voluminous Android phones the BlackBerry Q10 comes off as Liliputian in comparison. The perception is somewhat misleading though the compact size serves the Q10′s purpose; it’s built for efficiency. You won’t need to stretch and strain your thumb to reach anything. Most will be able to reach across the 3.1-inch screen while holding the Q10, all with one hand. While typing, it doesn’t take much stretch to tap and swipe the lower half of the display to activate gestures. This kind of thoughtful design is what BlackBerry used to be known for; it’s something usually only seen in products made by manufacturers with control over both hardware and software.

The Q10 feels comfortable to hold. The design is more streamlined than previous keyboard bearing handsets, eliminating elements like the trackpad and navigation buttons. It’s all about the display and the keyboard now; the power button up top and volume toggle/mute on the right are the only other controls. The Q10′s design is a refined version of a familiar BlackBerry experience.

The 720 x 720 pixel, 3.1-inch square screen doesn’t feel too small at first glance, especially since the narrow bezel allows the screen to command maximum attention when it’s on. It’s also pixel dense, a key factor in readability. BlackBerry 10 defaults to a text size of 8 and small fonts need to be crisp to be legible. That is not a problem here. The Super AMOLED touchscreen isn’t as bright as we’d like, yet is good enough for sunlight visibility. Colors pop and blacks are deep, as we’d expect with AMOLED. Viewing angles are generally good, though off-center a green tinge creeps in that’s really noticeable on light backgrounds.

As much as we like the overall size of the Q10 and the form factor, the display isn’t large enough to handle BlackBerry 10 effectively. Physical size is not the whole problem: the operating system itself needs tweaking to work better on it or owners will have to do the work of adjusting to the quirks (covered in-depth below). What saves this from being a dealbreaker is the excellent keyboard.

A fantastic keyboard

It is a truth universally acknowledged that people either love or hate physical keyboards. Those few people on the fence could be swayed by the Q10 as it boasts one of the better examples around. The keys sit in straight rows, not the curved/smile arrangement familiar from previous handsets, and are physically bigger. If you’re used to a BlackBerry keyboard the Q10 won’t trip you up one bit. Newcomers shouldn’t take too long to get into the groove, either, unless they have fingernails.

The keys are designed and shaped in a way that privileges pressing with the tip of a finger (not the pad) sans nails. Most men will not find this to be a problem, most women will probably find typing challenging at first. Thanks to matte coating and the aforementioned shaping, nails won’t go sliding off keys and it’s possible to be accurate. It’s just harder to get leverage to press the keys with a nail than with a fingertip, especially on the edges.
BlackBerry 10′s predictive text engine isn’t absent from the Q10 even though it’s less necessary when a physical keyboard is involved. Word predictions appear on the lower part of the display as you type and you have to reach up to choose unless the text turns green to indicate autocorrect. Having to reach up with the thumb doesn’t feel natural and slows typing in most cases. Speedy BlackBerry veterans will be better off disabling this feature. You’ll still get the autocorrected words either way.

Speed and efficiency are further helped by keyboard shortcuts for typing – ex: hold for capital and double tap space for period – and for navigating the interface. Under the menu settings of most apps you’ll see hints for keyboard shortcuts, but those only scratch the surface. There are over a hundred little keyboard tricks built in that are worth learning to increase efficiency. BlackBerry 10 might be made for touchscreens but the Q10 works best if you use hybrid input.

BlackBerry 10 and Apps

Learning the keyboard shortcuts will mitigate some of the issues with the Q10′s small screen while others are harder to deal with because of the way BlackBerry 10 works. (Read our full BB10 review for an in-depth breakdown of the OS.) The core of BB10 is gesture-based interaction that usually involves swiping up from the bottom, from the left, or down from the top. Because of the size of the display, the gesture-sensing zones take up significant space. We found that tapping an icon at the very top or very bottom of the screen didn’t always register because the Q10 didn’t seem sure if we were tapping or beginning a swipe. When scrolling up in the Hub, Browser, or a social media app, we often accidentally activated the swipe up to close app gesture. As you get used to the screen size, the incidence of that happening may go down.

We don’t like that navigation elements take up a significant portion of the screen in some apps and don’t hide themselves quickly or predictably enough. We’re also not fans of the browser experience. On non-mobile webpages text in the reading column stayed teeny tiny even when we zoomed in. You have to switch to the Reading mode or try to get the mobile version of the page to read without eyestrain.

Even though it doesn’t have a giant display, the BlackBerry Q10 may prove more interesting to mainstream users than the Z10. After all, there are a million touchscreen smartphones in the world. There aren’t many phones with good physical keyboards (and the competition mainly consists of other BlackBerry devices). And the main reason why most want that good keyboard is because they spend most of their time messaging; if nothing else, BlackBerry 10 is made for that type of person and the Q10 is made to deliver the best experience around messaging. For people who prioritize this above everything else, including good apps, the Q10 is a good buy. Just be aware that in order to get the most out of it, you’ll need to invest some time in learning the tricks and shortcuts.

Rabu, 28 Mei 2014

Memorandum, Application letter dan Advertisement

Nama : Yoggi Andhi Pradana 
Kelas : 3EB21
NPM : 272 11 528
Tugas : Memorandum, Application letter dan Advertisement




MEMO
Date : May 5th 2014
From : Director (Yoggi Andhi Pradana)
To : Mr. Bruno Siregar
Subject : Meeting

Please attend the meeting at Hotel Surapati on Tuesday, 5 May 2014 at 9 a.m. on behalf of the diretor. Looking forward to your report upon the completion of the meeting.


Advertisement

 PT. Angkasa Jaya Medium Requires New Employee acting as receptionist, requirements as following:

Job Responsibilities:
  - Handling incoming or out-going phone
- Handling administration files

Experience Requirements: Preferably have max. 1 year exp. as Receptionist, Customer Service, handling incoming / out-going phone

Skills: - Skill Receptionist, Secretarial Skills, Customer Service Skill Filling, Typing
- Computer Literate with (Ms. Office)
- Good command in speaking and writing English

Qualifications: 1. Female, max. 28 years old
2. D3/S1, any major
3. Preferably have max. 1 year exp. as Receptionist,
Customer Service, handling incoming / out-going phone
Fresh graduate are welcome
4. Skill Receptionist, Secretarial Skills, Customer Service
Skill Filling, Typing
5. With Computer Literate (Ms. Office)
6. Good command in speaking and writing English
7. Pleasant personality and well representative (Good
looking)
Willing to be placed at the Greater Jakarta.


Application letter

Bekasi, June 5th 2014

Human Resources Department
Palm Oil & Rubber Plantation
Jl. Diponegoro No. 123
Bekasi

Dear Sir/Madam,

I am writing to express my interest in Tax Executive position in your company, as response to your job vacancy advertised in Carikerja.com on 12 May 2014. Currently, I am working as Accounting & Taxation Staff at PT. Sentosa Abadi Makmur, Tbk.

I graduated from a reputable university, have working experiences in similar positian , good in English both written and oral and also operating computer. I am a hard worker, able to work in individual as well as team.

I would appreciate the opportunity to have an interview and discuss my qualification with you. I hope my job experiences and skills would give contribution in achieving the company’s goal. I am looking forward to hearing from you in the near future. Thank you for your attention and consideration.

Sincerely,

Yoggi Andhi Pradana


Enclosures :
- Copy of Academic Transcript and Certificates
- Photo
- Copy of ID
- Curriculum Vitae


Jumat, 08 November 2013

KORELASI ANTARA BAHASA INDONESIA DENGAN AKUNTANSI

I. BAHASA
Bahasa merupakan sarana terpenting dalam kehidupan manusia.  Bahasa menjadi alat komunikasi antar manusia, dengan adanya bahasa manusia dapat berinteraksi dalam kehidupan sehari hari dan saling bekerjasama untuk membangun segala bentuk yang dibutuhkan manusia.

Para ahli bahasa seperti  Bloch and Trager (dalam Bakhtiar, Amsal, 2011:176) mengatakan bahwa  language is a system of arbitrary vocal symbol by means of which a social group cooperates ( bahasa adalah suatu system symbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).

Sedangkan, Joseph Broam (dalam Bakhtiar, Amsal, 2011:176-177) mengatakan bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbol by means of wich members of social group interact (suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain). 

Bahasa memiliki beberapa fungsi, seperti yang dikatakan para ahli bahasa. Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah (dalam Bakhtiar, Amsal, 2011:181) bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:

-          Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.

-         Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

-         Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain

-         Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran

-         Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan mempelajarinya.

-          Fungsi Imajinatif : pengguanaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).

-         Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk mengambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya kepada orang lain.

Sedangkan, menurut Kneller (dalam Bakhtiar, Amsal, 2011:181) mengemukakan 3 fungsi bahasa,  yaitu simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik dan emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.   

Menurut Buhler (dalam Bakhtiar, Amsal, 2011:180) membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional. Bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara. Bahasa konatif yantu bahasa yang terarah pada lawan bicara. Dan bahasa representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selai si pembicara atau lawan bicara dan bahasa representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selai si pembicara atau lawan bicara.

A. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia, bahasa yang umum di pakai oleh masyarakat Indonesia.  Bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai macam pulau tentu mempunyai bahasa yang berbeda di berbagai pulau pulau tersebut, tapi Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa wajib yang harus dipakai dalam interaksi didalam masyarakat.

II. PENGERTIAN AKUNTANSI

Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa (mengidentifikasikan, mengukur, mengkalsifikasikan dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Amin. W, 1997)
Pengertian Akuntansi menurut Abubakar. A & Wibowo (2004) adalah proses identifikasi, pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari suatu entitas/perusahaan.
Dari pengertian-pengertian akuntansi  diatas, maka akuntansi terdiri dari tiga aktivitas atau kegiatan utama yaitu:
-           Aktivitas identifikasi yaitu mengidentifikasikan transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
-          Aktivitas pencatatan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah diidentifikasi secara kronologis dan sistematis.
-          Aktivitas komunikasi yaitu aktivitas untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan atau pihak yang berkepentingan baik internal perusahaan maupun pihak eksternal.

III.  KORELASI ANTARA  BAHASA INDONESIA DENGAN AKUNTANSI
Akuntansi sebagai alat pencatan keuangan juga memerlukan bahasa. Dalam hal ini Bahasa Indonesia di gunakan untuk menjelaskan transaksi transaksi yang terjadi dalam kasus kasus akuntansi tersebut. Seorang akuntan dalam membuat laporan keuangan juga membutuhkan bahasa untuk menyampaikan informasi atas hasil dari pencatatan keuangan berupa laporan  keuangan tersebut.
Kesimpulannya dalam akuntansi sangat erat hubungannya dengan bahasa. Bahasa sebagai alat perantara dalam menjelaskan berbagai macam transaksi atas kasus kasus akuntansi dan sebagai alat menyampaikan informasi berupa laporan keuangan yang telah dibuat.


Referensi :

Bachtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-akuntansi-fungsi-dan-bidang-akuntansi/
http://amanahtp.wordpress.com/2011/10/04/sarana-berpikir-ilmiah-bahasa-matematika-dan-statistika/